Setelah Lima Tahun Lagi

Ini tahun ke lima sejak perpisahan kita, dan pagi ini aku memimpikanmu. Bukan bunga tidur karena aku sedang tidak memikirkanmu.

Atau mungkin kamu yang sedang memikirkanku?

Hampir saja aku meraih telepon genggamku dan menghubungi nomor rumahmu. Dalam kepalaku hanya berkata apakah kau baik-baik saja?

Tahun ini sudah dua kali aku memimpikanmu dan bukan mimpi yang direncana. Bukan mimpi yang muncul karena aku sedang memikirkanmu.

Mimpi yang sama sekali tidak terduga, mungkin Tuhan sengaja mengirimkannya agar aku yang mulai lupa kembali berdoa untukmu.

Entahlah aku lebih memilih diam saja disini, meletakkan kembali teleponku dan hanya bergumam “Tuhan semoga dia baik-baik saja”

Karena setelah lima tahun lagi mungkin semua tidak lagi sama, mungkin saja mimpi jadi nyata atau sama sekali tidak.

Kira-kira setelah lima tahun lagi masihkah aku mengingat suaramu atau memimpikanmu dalam tidurku?

Entahlah…

#Menulis Random 2015 hari ke 7

Cinta Yang Aneh

Cinta yang aneh
Berapa banyak manusia yang merelakan dirinya untuk siap disakiti
Menanti dalam ketidakpastian, sementara tahu akhirnya tidak akan bersama

Cinta yang aneh
Karena meskipun tahu berapapun sakitnya
Dengan senang hati tetap berlari kearahnya

Cinta yang aneh
Karena segala kegilaan kadang berawal dari memandangnya
Seperti patung atau kerbau yang dicucuk hidungnya
Seakan tak mampu menggerakkan satupun jarinya

Cinta yang aneh
Karenanya begitu banyak manusia menjadi bodoh
Kebodohan yang manis, kebodohan yang dinanti bagi mereka yang belum mengecapnya

Cinta yang aneh

#Menulis Random 2015 hari ke 6

Mata Seorang Bayi

Mata yang jernih

Mata yang masih bersih

Mata yang berkaca-kaca seperti ada air didalamnya

Mata yang dapat meluluhkan setiap pribadi yang dipandangnya

Mata yang percaya bahwa dunia menawarkan hanya indah saja

Mata yang suci warisan Sang Penciptanya

#Menulis Random 2015 hari ke 5

RUMAH KITA

Berawal dari pembicaraan dengan ibu mengenai rumah yang kami tinggali membuat saya penasaran apakah rumah bagi setiap orang bermakna sama seperti yang saya miliki. Oleh karenanya saya mencoba bertanya kepada beberapa teman saya yang kebetulan berada jauh dari rumah masa kecil mereka.

“Menurut kalian apa arti kata RUMAH buat kalian?”

Beberapa teman saya menjawab bahwa RUMAH adalah KELUARGA, masuk akal juga karena memang rumah biasanya merupakan tempat tinggal dimana orang-orang yang kita cintai berada. Tempat dimana ayah membaca koran, mengajarkan naik sepeda, menonton pertandingan bola. Tempat ibu memasak, memandikan ketika kita masih kecil, tempat kita belajar berjalan dan mengucapkan kata untuk pertama kalinya. Tempat kita bertumbuh dan menggantungkan mimpi disetiap dindingnya. Tempat canda, marah, tawa, rindu, damai, tangisan sedih dan bahagia menjadi satu dalam sebuah foto keluarga.

Beberapa teman saya yang lain menjawab RUMAH adalah tempat kita MENJADI DIRI SENDIRI, tempat mengekspresikan diri sebebas mungkin. Hal ini kemungkinan muncul berdasarkan pemikiran betapa sering diluar rumah kita harus bertoleran dengan berbagai pribadi dengan kepentingan yang kadang memaksa kita untuk menyesuaikan diri. Dan pada akhirnya kita tidak bisa menjadi sebenar-benarnya kita.

Ada beberapa teman yang menjawab RUMAH adalah SURGA di dunia, karena para “malaikat kita berada”, tempat doa ibu bergema ditiap ruangnya. Tempat cinta kasih yang paling murni mengalir, meskipun rumah yang adalah surga di dunia ini tidak selalu menjanjikan situasi yang damai dan indah disetiap detik dan sudut seperti gambaran surga yang sebenarnya mungkin.

Dan beberapa teman yang lain menjawab RUMAH adalah TEMPAT TIDUR, mungkin benar juga karena beberapa dari mereka tidak bisa tidur dengan nyenyak setiap kali menginap diluar rumah. Kembali lagi karena hal yang paling buruk sekalipun akan sanggup kita hadapi, karena kita tahu kita tidak sendiri menghadapinya. Bisa tidur dengan mata yang benar-benar tertutup karena percaya ada yang menjaga.

Beberapa yang lain sampai saya mengirimkan catatan ini memilih untuk diam seribu bahasa, mungkin mereka bingung memilih kata yang tepat untuk menggambarkan arti RUMAH dalam hidup mereka. Entahlah bagi saya sendiri RUMAH adalah bangunan dengan empat dindingnya yaitu Kepercayaan, Pengampunan, Kesetiaan, dan Kasih yang ditudungi oleh atap yaitu Pengenalan akan Tuhan.

Entah bagi kalian, apakah arti RUMAH bagi kalian?

# Menulis Random Hari ke 4

Renungan Dari Balik Pintu

Setiap hari saya hampir tak pernah membiarkan pikiran saya mengembara entah kemana, bahkan ketika saya sedang membersihkan perut saya dipagi hari selalu saya habiskan dengan membaca buku. Bukan karena terlalu rajin atau apalah saya hanya tidak ingin pikiran saya mengembara entah kemana. Seperti siang ini, sayangnya saya lupa tidak membawa buku untuk dibaca.

Jadi teringat pembicaraan teman sekantor beberapa waktu lalu. Mereka bilang saya tidak memiliki waktu untuk merenung, menyelami apa yang sedang terjadi dalam hidup saya. Sehingga waktu dalam hidup saya berlalu begitu saja. Saya tahu perkataan ini muncul karena topik sebelumnya yaitu pasangan hidup, dengan usia saya bagi mereka seharusnya saya sudah memiliki keluarga kecil yang bahagia.

Meskipun begitu saya mensyukuri hidup saya sekarang, mungkin hari ini saya belum bertemu dengan yang tepat, begitu saya coba menjelaskan. Dengan memikirkannya terlalu berlebih hanya membuat saya tidak fokus dengan apa yang menjadi mimpi saya dan sekali lagi mereka hanya terdiam.

Namun sejujurnya memang dengan sedikitnya waktu merenung saya hampir terlupa dengan kondisi ini. Saya terlalu asyik dengan kesendirian saya yang mungkin bagi mereka adalah suatu ketidakumuman.

Namun bukankah hidup tidak selalu harus seragam, bagi saya kesendirian saya sekarang adalah sementara dan akan ada masanya nanti saya akan merindukan kesendirian ini. Jadi saya memilih menikmati setiap detiknya, dengan penuh syukur sambil terus berdoa yang baik akan datang tepat pada waktunya.

#Menulis Random 2015 Hari ke 3

Tidak Mungkin Secepat Ini

1, 2, 3 dalam hatiku mulai berhitung. Dalam hatiku mulai berkata “tidak mungkin secepat ini, tidak mungkin..” dalam hati kecilku berkata “Jangan lakukan apa-apa” kenyataannya aku hampir tidak bisa bernafas saat berada satu lift denganmu.

Mengapa waktu berlalu dengan lambat dan kadang terlalu cepat. Seperti saat ini, aku mencoba merangkai kata untuk menarik semua pecahan gambar wajahmu dalam genggaman. Namun entah aku hanya terdiam, tak mampu melakukan apa-apa.

Dan malam semakin larut, aku berhitung kembali 1, 2, 3 “tidak mungkin secepat ini”

#Menulis Random hari ke 2

Save Our Kids

Lets talk about issue yang sekarang sedang hangat-hangatnya  diperbincangkan dan beredar beritanya. Pelecehan seksual yang terjadi di salah satu sekolah bertaraf internasional di Jakarta, pelecehan yang terjadi di Sukabumi, penculikan dan pemerkosaan seorang siswi MT S yang terjadi di Aceh, pembunuhan di Cirasas, Jakarta Timur yang dilakukan oleh anak SMP kepada temannya, anak yang terjun bebas karena tidak boleh nonton film Spiderman dan masih banyak lagi yang semuanya punya garis besar yang sama ANAK, ADIK & SAUDARA KECIL KITA SEDANG DISERANG.

Generasi muda kita sedang mengalami krisis yang luar biasa, bagaimana tidak dari yang paling kecil TK dilecehkan sedemikian rupa (kasus JIS), SD (kasus Renggo) dipukuli kakak kelas yang mengakibatkan kematian, SMP (kasus Yakobus di Ciracas) ditusuk 2 kali, MTS diculik 4 hari diperkosa (Aceh) oleh 10 anak muda hingga mengakibatkan anak tersebut mengalami gangguan jiwa karena kabarnya sempat masuk RS Jiwa. What next?

Kadang gak habis pikir darimana anak-anak ini mendapatkan ide, oke setan pasti turut andil didalamnya, namun apakah hanya itu. Terpikirkan apakah media, melalui film-film yang memiliki muatan kekerasan, unsur pornografi yang dapat ditonton bebas anak-anak kita di jaman ini bukanlah salah satu pemicu perilaku menyimpang ini. Tapi siapa mau disalahkan untuk begitu banyak peristiwa ini, yang pasti semua pihak bilang “kita semua lalai”. Lalai mengawasi, meneladani, memperingati atau mungkin hanya karena terlalu cuek dengan apa yang mereka alami.

Berapa banyak dari kita masih mengawasi atau mendampingi ketika anak-anak kita menonton, masihkan kita meluangkan waktu untuk menyeleksi beberapa film yang akan ditonton oleh anak-anak kita. Saat mereka dengan bebas menggunakan telepon selulernya dalam mengakses internet, apakah kita tahu situs apa yang mereka buka dan tonton?

Jadi orang tua dijaman ini gak mudah, berat banget dan kalau masih banyak orang tua yang santai dan cuek akan berapa banyak lagi anak-anak dijaman ini yang jadi korbannya. I send this for you parent, sister or brother, teacher PERHATIKAN MEREKA ANAK-ANAK, SAUDARA KITA.

Perhatikan apa yang mereka konsumsi (baca, tonton, buka diweb)

Perhatikan dengan siapa mereka bergaul

Perhatikan dan berikan mereka pendidikan yang benar pertama-tama dalam lingkup keluarga

Kalau kita sendiri yang disebut ayah, ibu, kakak, guru masih memberikan teladan yang tidak baik dalam bertutur kata dan bertindak tidaklah heran jika mereka jadi lebih jago meniru semua kebiasaan buruk kita. Kalau kita sebagai orang dewasa masih mengumpat dengan segala macam kata makian didepan mereka, jangan kaget apabila pada akhirnya kita akan mendengar umpatan yang keluar dari mulut meraka yang lebih kreatif.

Kalau kita sendiri yang sudah “ngakunya” dewasa berstatus orangtua masih melihat film porno, menyimpan gambar-gambar yang mengandung unsur pornografi dan senang mengkoleksinya. Mereka akan  lebih kreatif meningkatkan kadarnya mungkin dengan mempraktekkannya. Tanpa sadar kitalah yang mengajari mereka, kita melakukakan so jangan tanya kenapa mereka bisa lebih brutal.

Mungkin kita nggak ngajak mereka nonton bareng blue film, mungkin kita nggak ngajarin mereka memukul, membully atau melecehkan orang lain. Bukan-bukan kita, tapi ketika dibelakang mereka kita melakukannya, percayalah akan ada yang dengan senang hati melakukannya untukmu.

Berharap akan lebih banyak lagi yang perduli, calon-calon guru, calon-calon orang tua, atau yang sudah jadi orang tua & guru sungguhan. Tugas kita bukan cuma cari uang, kasih mereka makan, atau mengajari mereka dengan segala ilmu pengetahuan tapi mendidik mereka dalam cinta kasih, mengajarkan melalui tindakan kita dan merawat mereka sampai mereka siap menghadapi dunia.

Just talk, think and pray for our kids.

*Late post (Menuliskannya tahun 2014, dalam kondisi sedikit marah saya rasa)

 

DAMAI INDONESIAKU

 

Pemilu 2014 telah selesai kita lewati, dengan berbagai hal yang terjadi belakangan ini baik saat kampanye maupun setelahnya hal yang sebenarnya kita harapkan setelah presiden dan wakilnya terpilih mungkin adalah DAMAI itu sendiri.

DAMAI yang bisa kita ciptakan dengan berkata, bertindak dan menjalankan hidup di negeri ini dengan penuh rasa syukur. Negeri ini telah memberi banyak bagi kita, saya rasa setiap kita yang tinggal di negeri ini hanya ingin hidup sejahtera dalam DAMAI, anak-anak kita bisa hidup dalam cukup itu sendiri. Cukup makan, cukup sehat, cukup pakaian, mendapat cukup banyak ilmu melalui pendidikan, memiliki tempat tinggal yang cukup nyaman, jika dijadikan satu mungkin berarti cukup bahagia dan cukup memiliki masa depan yang cerah dalam kebebasan dalam arti sebenarnya dan tentu saja dalam situasi yang DAMAI.

Apalah enaknya jika kita memiliki segalanya namun keluar dari rumah dengan rasa takut, takut akan salah jalan, takut mengutarakan pemikirannya, takut bahwa idenya membawa konflik, takut jika tidak bisa kembali ke rumah dengan selamat. Akhirnya bahkan takut untuk bermimpi bagi masa depannya sendiri.

Ajakan ini dibuat untuk saudara-saudaraku yang tinggal di negeri ini, DAMAI itu bisa kita ciptakan. Lupakan perbedaan diantara kita,  bukankah perbedaan ini indah seperti warna pelangi. Saya rasa jika pelangi hanya berwarna satu atau dua, pelangi itu tidak bisa seindah hari ini. Dengan perbedaan yang ada menunjukan bahwa kita masih manusia dan bukan robot. Tuhan saja menciptakan kita tidak sama, bukankah lebih mudah bagi Tuhan untuk menciptakan kita secantik Angelina Jolie atau setampan Ben Affleck, dengan kepandaian Einsten, kemurahan hati Bunda Theresa, kebijakan Mahatma Gandhi (mungkin dalam hal inipun kita berbeda suara).

Pertanyaannya jika Tuhan saja menciptakan kita berbeda, kenapa kita manusia hendak menyeragamkannya. Dengan tetap saling menghormati, kita sama-sama menginginkan masa depan yang indah buat generasi kita. Masih panjang jalan kita, bagi negeri ini dan jika kita memandang ke sekeliling bukankah orang yang ada di depanmu, disampingmu dan juga dibelakangmu adalah orang-orang yang punya mimpi yang sama bagi negeri ini atau paling tidak untuk hidupnya sendiri. Mimpi di negeri ini tidak ada lagi yang miskin, mimpi hidup di negeri yang semua rakyatnya sejahtera. Dan kemungkinan yang paling besar orang disekeliling kita yang membantu kita sama-sama bergandeng tangan untuk mewujudkannya. Karena bukan lagi AKU tapi KITA semua ingin bahagia dalam DAMAI.

Siapa lagi kalau bukan kita yang akan mewujudkannya. Karena setiap kita memiliki andil besar dalam menciptakannya.

DAMAI INDONESIAKU, DAMAI di jalan-jalannya, DAMAI pemerintahannya, DAMAI di pelosok desa, DAMAI di kota-kotanya, DAMAI nyata yang lahir dari kecintaan akan negeri ini.

 

KOMITMEN

                        ” Perjanjian (keterikatan) untuk melakukan sesuatu; kontrak:”

Begitulah definisnya menurut KBBI, satu kata yang sepertinya mudah untuk diucapkan namun dalam pelaksanaanya terkadang tidak semudah itu.

Buat aku berkomitmen itu perlu perjuangan untuk terus dapat mengerjakannya dengan sikap hati yang sama sedari awal ketika komitmen itu dibuat. Seperti janji bangun pukul 04.00 WIB untuk berdoa yang pada akhirnya terbangun di pukul 04.00 WIB hanya untuk mematikan alarm dan kemudian melanjutkan tidur kembali. Anyway tulisan ini dibuat awalnya 19 November 2013, bahkan untuk menuliskannya dibutuhkan 8 bulan untuk memilih kata yang tepat dan berkomitmen untuk menyelesaikannya.

Banyak orang bilang janji manusia mudah sekali diucapkan namun untuk menepatinya selalu ada “tunggu dulu, sekarang bukan waktu yang tepat atau mungkin kata bukan hanya aku yang melanggar komitmen ini”. Pada akhirnya kita lebih sering membiarkan pikiran kita menyiapkan alasan untuk memungkiri sebuah komitmen yang telah kita buat. Entah kenapa seolah memungkiri sebuah janji menjadi hal yang biasa dan lumrah selagi tidak menandatangani surat bermeterai Rp. 6.000,-.

Apakah akhirnya semua janji/komitmen harus ditulis didalam selembar kertas bermeterai hanya untuk menjamin bahwa komitmen yang telah dibuat pasti terlaksana. Seperti janji meluangkan waktu bersama keluarga, makan malam dengan sahabat, membalas email atau pesan, memberi kabar kepada orang-orang yang sering kita abaikan karena menganggap janji yang kita buat dengan meterai kata “Ya” tidak terlalu berharga seperti halnya surat bermeterai Rp. 6.000,-.

Entahlah, yang lebih buruk adalah apakah nantinya kita perlu memeteraikan janji pernikahan kita dengan surat bermeterai, karena hari-hari ini sangat mudah untuk memutuskan komitmen untuk menemani dalam suka dan duka, sehat dan sakit, ketika semua tidak lagi cocok atau indah dengan gampangnya kita memilih mengakhiri sebuah komitmen. Membiarkan pikiran kita memilihkan alasan paling tepat untuk keluar dari situasi yang tidak kita sukai.

Bukankah ketika memilih keluar dari komitmen yang telah dibuat, hal yang pertama dibohongi dan lukai adalah janji kita kepada diri kita sendiri.

Jika Aku Menjadi Ibu

Jika kelak aku menjadi ibu,

Aku akan mengucapkan “aku mengasihimu anakku” setiap pagi

Jika kelak aku menjadi ibu,

Aku akan membuka lebar tanganku setiap kali anakku membutuhkan pelukkanku

Jika kelak aku menjadi ibu,

Aku akan berusah selalu ada saat aku dibutuhkan

Jika kelak aku menjadi ibu,

Aku akan tersenyum setiap kali mereka melakukan kesalahan & mengajarkan mereka untuk tidak takut mencoba kembali

Jika kelak aku menjadi ibu,

Aku akan membuka telingaku lebih banyak untuk mendengar dan bukan mulutku

Jika kelak aku menjadi ibu,

Aku tidak akan membiarkan anakku mengambil keputusan sendiri tanpa didampingi

Dan meskipun sedikit memaksa aku akan membuat mereka memandang lebih jauh kedepan untuk menggapai setiap mimpinya

Jika kelak aku menjadi ibu,

Aku akan berusaha menjadi sahabat terbaik mereka, menjadikan rumah adalah pilihan terbaik untuk mereka pulang

Jika kelak aku menjadi ibu,

Aku akan menghargai setiap pendapat & pilihan yang dibuat anak-anakku

Yang terutama

Jika kelak aku menjadi ibu,

Aku akan memperkenalkan mereka kepada Tuhan yang sangat mengasihi mereka

Jika kelak aku menjadi ibu,

Aku akan mengajarkan mereka untuk mencintai, mengenali & menerima diri sendiri apa adanya

Jika kelak aku menjadi ibu,

Aku akan mengajarkan mereka berbagi, mengasihi orang lain seperti cara mereka mencintai dirinya sendiri

Jika kelak aku menjadi ibu,

Karena kasih, kesabaran, kekuatan, sebesar itu hanya bisa kumiliki ketika aku menjadi seorang ibu

“Percakapan pagi dengan ibu yang sangat kucintai”